Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikut
beliau yang selalu tekun mengikuti jalan petunjuk-Nya.
Allah SWT Tuhan semesta Alam, Tuhan yang Maha Pengasih dan
Penyayang memerintah manusia untuk menjaga kwalitas kepribadian umat manusia
dengan perbuatan-perbuatan yang SUCI BERSIH, dari segala Dosa dan Kedzaliman.
Beberapa firman-Nya antara lain artinya Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim,
Ishak dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu
yang tinggi. (QS. 38:45)
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan
(menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan
(manusia) kepada negeri akhirat. (QS. 38:46)
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung. (QS. 3:104)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan,
maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang
mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu
sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan
keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang
dikehendaki-Nya.Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 24:21)
Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, Tuhan yang Maha Perkasa dan
Maha Bijaksana, Tuhan Yang Maha Suci dan Maha Mulia, memerintah manusia untuk
menempuh jalan-jalan kesucian, jalan-jalan ma’ruf serta menghindari dan
menjauhi jalan-jalan keji dan mungkar. Menolak dan menepis segala was-was
syaitan yang selalu mengajak kepada fahsya’ dan mungkar. Allah memerintah
kepada manusia untuk banyak ingat kepada Allah dan ingat kepada Hari Akhir,
agar selalu memiliki kesabaran dalam menempuh jalan-jalan iman dan amal sholih.
Bila manusia telah menta’ati perintah-perintah Allah tersebut dan meninggalkan
segala larangan-larangan Allah, maka Allah akan mengaruniakan kepada mereka
berbagai macam kekayaan JIWA dalam diri hamba-hambanya yang telah patuh
kepada-Nya sebagaimana firman-Nya yang artinya Allah memberikan hikmah kepada
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah
diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran
kecuali orang-orang yang berakal. (QS. 2:269)
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. 10:62)
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.
(QS. 10:63)
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan
(dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat
(janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (QS.
10:64)
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram. (QS. 13:28)
Demikianlah hati manusia-manusia yang cinta Damai, karena
hatinya telah Damai dan telah terpuaskan dengan limpahan nikmat-nikmat lahir
dan batin dari Allah Tuhan Semesta Alam, Tuhan Yang Maha Kaya dan Maha Mulia. Kedamaian
Hati dan Kewibawaan Hati adalah sesuatu yang padu. Bila manusia telah mampu
merasakan kedamaian jiwa tentulah mereka adalah orang-orang yang dikaruniai
oleh Allah dengan Kewibawaan. Sebagaimana firman Allah Yang Artinya Jika Allah
menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu; dan jika Allah
membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat
menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu Karena itu hendaknya kepada Allah
saja orang-orang mu’min bertawakkal. (QS. 3:160)
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang
yang beriman pada kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari
kiamat), (QS. 40:51)
Pribadi Cinta Damai dan Kewibawaan adalah sesuatu yang padu
dalam diri-diri umat manusia yang tunduk patuh kepada Allah. Kewibawaan tidak
diukur dengan banyaknya Tahta, Harta dan Penghormatan Manusia, namun Kewibawaan
akan muncul pada manusia-manusia yang yang berbudi pekerti yang tinggi dan
mulia. Kewibawaan sering muncul di dalam diri manusia-manusia yang hidup
menempuh jalan kesederhanaan. Kesederhanaan dalam menjalani kehidupan dan
kemudian disalurkan kepada ketekunan dalam beribadah dan menghamba kepada Allah
SWT. Seringkali Kewibawaan manusia tergoncang dengan berbagai
penyimpangan-penyimpangan dan kebodohan yang telah mereka lakukan, sebagaimana
Allah telah menegur kepada Rasulullah dalam berbagai Kasus dan bahwa (yang Kami
perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah
kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertaqwa. (QS. 6:153)
Katakanlah:”Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah,
sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula)
mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan dikembalikan ke
belakang sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah
disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung,
dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan
mengatakan):”Marilah ikuti kami”. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah
itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri
kepada Tuhan semesta alam, (QS. 6:71)
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai orang-orang
mu’minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain,
yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang
banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu
terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dan bercerai-berai. (QS.
9:25)
Ketika umat manusia terjangkiti penyimpangan penyimpangan
dalam berbakti pada Allah, dan tidak lagi tekun mengikuti petunjuk-petunjuk
Allah dan Rasul-Nya maka kewibawaan mereka menjadi pudar. Allah memberi
kesempatan yang sangat luas kepada umat manusia dalam hidup di dunia dengan
aktifitas-aktifitas yang positip dan universal, yaitu untuk selalu melihat
tanda-tanda Kebesaran, Kemuliaan dan Keagungan Allah Tuhan semesta Alam di
segenap ufuk ciptaan-Nya, sebagaimana firman-firman-Nya yang artinya Sesungguhnya
pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di langit
dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang
yang bertaqwa. (QS. 10:6)
Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan”. (QS. 55:33)
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab
dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami
ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat
bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah
tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. 57:25)
Hidup manusia ditekankan agar selalu dalam rangka melihat
tanda-tanda Keagungan Allah, dan beribadah kepada Allah. Dan segala apa yang
diberikan Allah kepada manusia agar selalu digunakan untuk hidup didalam
kebenaran dan Keadilan. Mengikuti perkembangan Sains dan Teknologi termasuk
sebagai jalan yang diperintahkan untuk ditekuni, namun semuanya itu untuk
menegakkan Kebenaran dan Keadilan Allah di muka bumi. Jaman Globalisasi, jaman
Globalisasi Liberalisme, telah memunculkan nuansa baru tentang menikmati suka
cita, hingar bingar dan hura-hura, overdosis dalam menikmati keindahan
kesenangan kehidupan Dunia. Pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan-aturan
Allah dan keengganan mengikuti kebenaran yang datang dari Allah SWT, pasti,
pasti, pasti dan pasti otomatis akan menurunkan dan menjatuhkan kadar kedamaian
dan kewibawaan jiwa-jiwa manusia. Bila manusia kehilangan kedamaian jiwa diri,
maka kegundahan dan kegalauan akan mengemuka. Dan apa jadinya bila kegalauan
dan kegundahan itu terekpresikan dengan kecanggihan teknologi ???, pasti disana
banyak pula mengemuka, kezaliman, keserakahan dan ketidak adilan, serta
kekacauan.
Membangun generasi yang cintai damai dan berwibawa tidak ada
jalan lain kecuali dilakukan dengan menelusuri kembali jalan-jalan kebenaran
yang datang dari Allah SWT, meneladani kesederhanaan hidup dari para Nabi-Nabi
Allah, termasuk Nabi Muhammad SAW. Walaupun ilmu dan Teknologi telah mampu
membawa manusia untuk menembus langit (mengekplorasi ruang angkasa) dan
menembus bumi (mengekplorasi kandungan bumi), namun hidup sederhana adalah
jalan terbaik untuk mencapai ketentraman jiwa, dan mewujudkan pribadi yang adil
dan bertanggung jawab untuk mencapai kemuliaan di dunia dan disisi Allah . Mencintai
Kesederhanaan hidup menunjukkan kematangan jiwa manusia-manusia yang telah
dilimpahi kekayaan jiwa oleh Allah SWT, nikmat yang paling tinggi yang hanya
bisa disyukuri dengan menempuh jalan hidup sederhana dan rajin beribadah
kepada-Nya, disanalah terletak kekuatan hebat generasi yang cinta Damai dan
Berwibawa
Wallahu a’lam.