Senin, 09 April 2012

Membangun Generasi Cinta Damai


Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikut beliau yang selalu tekun mengikuti jalan petunjuk-Nya.
Allah SWT Tuhan semesta Alam, Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang memerintah manusia untuk menjaga kwalitas kepribadian umat manusia dengan perbuatan-perbuatan yang SUCI BERSIH, dari segala Dosa dan Kedzaliman. Beberapa firman-Nya antara lain artinya Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. (QS. 38:45)
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. (QS. 38:46)
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung. (QS. 3:104)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 24:21)
Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, Tuhan yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana, Tuhan Yang Maha Suci dan Maha Mulia, memerintah manusia untuk menempuh jalan-jalan kesucian, jalan-jalan ma’ruf serta menghindari dan menjauhi jalan-jalan keji dan mungkar. Menolak dan menepis segala was-was syaitan yang selalu mengajak kepada fahsya’ dan mungkar. Allah memerintah kepada manusia untuk banyak ingat kepada Allah dan ingat kepada Hari Akhir, agar selalu memiliki kesabaran dalam menempuh jalan-jalan iman dan amal sholih. Bila manusia telah menta’ati perintah-perintah Allah tersebut dan meninggalkan segala larangan-larangan Allah, maka Allah akan mengaruniakan kepada mereka berbagai macam kekayaan JIWA dalam diri hamba-hambanya yang telah patuh kepada-Nya sebagaimana firman-Nya yang artinya Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal. (QS. 2:269)
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. 10:62)
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. (QS. 10:63)
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (QS. 10:64)
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. 13:28)
Demikianlah hati manusia-manusia yang cinta Damai, karena hatinya telah Damai dan telah terpuaskan dengan limpahan nikmat-nikmat lahir dan batin dari Allah Tuhan Semesta Alam, Tuhan Yang Maha Kaya dan Maha Mulia. Kedamaian Hati dan Kewibawaan Hati adalah sesuatu yang padu. Bila manusia telah mampu merasakan kedamaian jiwa tentulah mereka adalah orang-orang yang dikaruniai oleh Allah dengan Kewibawaan. Sebagaimana firman Allah Yang Artinya Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu; dan jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu Karena itu hendaknya kepada Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal. (QS. 3:160)
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman pada kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (QS. 40:51)
Pribadi Cinta Damai dan Kewibawaan adalah sesuatu yang padu dalam diri-diri umat manusia yang tunduk patuh kepada Allah. Kewibawaan tidak diukur dengan banyaknya Tahta, Harta dan Penghormatan Manusia, namun Kewibawaan akan muncul pada manusia-manusia yang yang berbudi pekerti yang tinggi dan mulia. Kewibawaan sering muncul di dalam diri manusia-manusia yang hidup menempuh jalan kesederhanaan. Kesederhanaan dalam menjalani kehidupan dan kemudian disalurkan kepada ketekunan dalam beribadah dan menghamba kepada Allah SWT. Seringkali Kewibawaan manusia tergoncang dengan berbagai penyimpangan-penyimpangan dan kebodohan yang telah mereka lakukan, sebagaimana Allah telah menegur kepada Rasulullah dalam berbagai Kasus dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa. (QS. 6:153)
Katakanlah:”Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan):”Marilah ikuti kami”. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam, (QS. 6:71)
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai orang-orang mu’minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dan bercerai-berai. (QS. 9:25)
Ketika umat manusia terjangkiti penyimpangan penyimpangan dalam berbakti pada Allah, dan tidak lagi tekun mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dan Rasul-Nya maka kewibawaan mereka menjadi pudar. Allah memberi kesempatan yang sangat luas kepada umat manusia dalam hidup di dunia dengan aktifitas-aktifitas yang positip dan universal, yaitu untuk selalu melihat tanda-tanda Kebesaran, Kemuliaan dan Keagungan Allah Tuhan semesta Alam di segenap ufuk ciptaan-Nya, sebagaimana firman-firman-Nya yang artinya Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. 10:6)
Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”. (QS. 55:33)
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. 57:25)
Hidup manusia ditekankan agar selalu dalam rangka melihat tanda-tanda Keagungan Allah, dan beribadah kepada Allah. Dan segala apa yang diberikan Allah kepada manusia agar selalu digunakan untuk hidup didalam kebenaran dan Keadilan. Mengikuti perkembangan Sains dan Teknologi termasuk sebagai jalan yang diperintahkan untuk ditekuni, namun semuanya itu untuk menegakkan Kebenaran dan Keadilan Allah di muka bumi. Jaman Globalisasi, jaman Globalisasi Liberalisme, telah memunculkan nuansa baru tentang menikmati suka cita, hingar bingar dan hura-hura, overdosis dalam menikmati keindahan kesenangan kehidupan Dunia. Pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan-aturan Allah dan keengganan mengikuti kebenaran yang datang dari Allah SWT, pasti, pasti, pasti dan pasti otomatis akan menurunkan dan menjatuhkan kadar kedamaian dan kewibawaan jiwa-jiwa manusia. Bila manusia kehilangan kedamaian jiwa diri, maka kegundahan dan kegalauan akan mengemuka. Dan apa jadinya bila kegalauan dan kegundahan itu terekpresikan dengan kecanggihan teknologi ???, pasti disana banyak pula mengemuka, kezaliman, keserakahan dan ketidak adilan, serta kekacauan.
Membangun generasi yang cintai damai dan berwibawa tidak ada jalan lain kecuali dilakukan dengan menelusuri kembali jalan-jalan kebenaran yang datang dari Allah SWT, meneladani kesederhanaan hidup dari para Nabi-Nabi Allah, termasuk Nabi Muhammad SAW. Walaupun ilmu dan Teknologi telah mampu membawa manusia untuk menembus langit (mengekplorasi ruang angkasa) dan menembus bumi (mengekplorasi kandungan bumi), namun hidup sederhana adalah jalan terbaik untuk mencapai ketentraman jiwa, dan mewujudkan pribadi yang adil dan bertanggung jawab untuk mencapai kemuliaan di dunia dan disisi Allah . Mencintai Kesederhanaan hidup menunjukkan kematangan jiwa manusia-manusia yang telah dilimpahi kekayaan jiwa oleh Allah SWT, nikmat yang paling tinggi yang hanya bisa disyukuri dengan menempuh jalan hidup sederhana dan rajin beribadah kepada-Nya, disanalah terletak kekuatan hebat generasi yang cinta Damai dan Berwibawa
Wallahu a’lam.